/ -->
بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

Selayang Pandang Kekhalifahan Islam (I)

Selayang Pandang Kekhalifahan Islam (I)
Sesaat setelah mangkatnya nabi Muhammad Saw, langit Madinah kabut, tangisan terdengar bising di setiap sudut, keriuhan lain terdengar dari umat, siapa yang akan memimpin mereka. Kemudian sebagian sahabat berkumpul dan bermusyawarah di sebuah “balairung” Saqifah di perkampungan Bani Sa’idah, kaum Anshar dan Muhajirin pun turut hadir, hasil musyawarah yang alot menetapkan Abu Bakar sebagai penerus estafet kepemimpinan atas saran Umar bin Khattab, dia pun dibaiat menjadi khalifah (pengganti) Rasulullah pertama dalam sejarah Islam. Ia melaksakan tugas keagamaan dan kenegaraan—sebagaimana yang diemban Rasulullah sebelumya—selama kurang lebih dua tahun. Sebelum wafat, ketika sahabat nabi yang digelari dengan shiddiq ini dilanda sakit dan merasa ajalnya akan segera tiba dia  menunjuk Umar bin Khattab sebagai penerusnya guna mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.

Pasca wafatnya Abu Bakar, Umar pun segera menduduki kursi kekhalifahan sesuai dengan wasiat Abu Bakar, Umar bin Khattab dibaiat menjadi khalifah kedua, namun--dalam satu riwayat--Umar disebut sebagai khalifatul khalifah (penggantinya pengganti). Umar kemudian merasa ada kecanggungan dengan istilah itu. Dia mengatakan “jangan-jangan nanti pengganti saya disebut khalifatu khalifatil khalifat (pengganti penggantinya pengganti), oleh karena itu panggil saja saya Amirul Mu’minin (komandannya orang yang beriman). Inilah asal muasal pengistilahan  Amirul Mu’minin. Dalam riwayat lain dia menyuruh untuk dipanggil dengan istilah khalifah saja. 
Syibli Nu’man dalam Umar yang Agung menyebutkan beberapa kebijkakan Umar, diantaranya berdirinya Baitul Mal, penempahan mata uang dan penciptaan tahun hijrah. Berbeda dengan Abu Bakar dalam menetapkan penggantinya kelak, Umar membentuk dewan formatur yang beranggotakan enam orang yang bertugas untuk memilih dan menunjuk khalifah selanjutnya, enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubeir, Sa’ad dan Abdurrahman. Umar memerintah selama sepuluh tahun, lebih lama dari Abu Bakar, dia wafat dalam keadaan dibunuh, Abu Lu’luah nama pembunuhnya seorang budak dari Persia. Dewan formatur yang enam yang disebut juga dengan al-Syura (Permusyawarahan) atau disebut juga dengan ahlul halli wal aqdi (ornag yang berwenang melepaskan dan mengikat) segera mengadakan perundingan yang pada akhirnya berhasil menunjuk Ustman sebagai khalifah ketiga yang mengungguli Ali.

Jika Abu Bakar dan Umar berasal kalangan Muhajirin, maka Ustman berasal dari keturunan aristokrat Umayyah. Ustsman memegang tampuk kekuasaan khalifah Rasyidin terlama yaitu dua belas tahun, dia berjasa membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid, juga memperluas masjid nabi di Madinah, yang merupakan ibu kota pemerintahan khalifah. Kedati demikian, pada paroh terakhir masa kehalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya, hal ini diduga karena terjadinya nepotisme di dalam pemerintahan Ustman, keluarganya meduduki kedudukan ataupun jaban-jabatan tertinggi di pemerintahan salah satunya yang paling berpengaruh adalah Marwan bin Hakam. Ahmad Amin dalam Islam dari Masa ke Masa mengatakan bahwa Marwan bin Hakamlah pada dasarnya yang menjalankan penuh roda pemerintahan sedangkan Ustman hanya menyandang gelar saja, laksana boneka. Akhirnya rakyat yang kecewa terhadap pemerintahannya melakukan pemberontakan yang berujung pada terbunuhnya Ustman di tangan mereka saat itu beliau tengah membaca Al-Quran di rumahnya. Tebunuhnya Ustman menandakan akhir dari pemerintahannya.

Pasca wafatnya Ustman, atas persetujuan ahlul halli wal aqdi di Madinah Ali bin Abi Thalib dibai’at sebagai pemegang tonggak kekhalifahan berikutnya meski Ali sebelumnya menolak, kemudian para penduduk lainnya pun turut membai’at. Ali bin Abi Thalib resmi menjadi khalifah keempat dalam sejarah Islam. Salah satu langkah pertama yang dilakukan Ali adalah pembersihan keluarga Utsman yang menduduki jabatan tinggi, Ali memecat mereka karena diyakini pemberontak-pemberontak lahir akibat keteledoran mereka.
Sementara Talhah, Zubair, dan Aisyah menyusun siyasat pemberontakan terhadap khalifah Ali.
Bagaimana bisa? Mengapa demikian? Ada apa dengan mereka?
Bersambung….

0 Response to "Selayang Pandang Kekhalifahan Islam (I)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel