Marhaban Yaa Ramadhan: Menelusuri "Ramadhan"
Kata "Ramadhan" disebutkan satu kali dalam Al-Qur’an, tepatnya di surah Al-Baqarah ayat 185. Dalam Tafsiir Thabari tertulis, bahwa Penamaan kata “Ramadhan” ini oleh para pakar balaghah (semantik) Arab dipahami dengan berbeda, sebagian mereka mengatakan, bahwa dinamakan demikian karena keadaan di bulan itu begitu panas sampai-sampai bayi pun turut merasakan sengatannya. Sebagian lainnya, seperti Mujahid (W. 104 H) pakar tafsir generasi tabi’in berpendapat bahwa, "Ramadhan" sendiri merupakan salah satu dari nama-nama Allah, berpijak pada sebuah hadist, yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi “Jangan kalian sebut “Ramadhan” karena ia merupakan salah satu dari nama Allah, namun sertakanlah dalam penyebutannya dengan kata bulan di awalnya, yakni “bulan Ramadhan”. Kendati hadis demikian dinilai dhaif oleh banyak ulama, seperti Nawawi (w. 676 H) dalam Al Adzkar.
Berbeda dengan Tafsir Arrazii: Mafatihul Ghaib, “Ramadhan” disebut berasal dari kata Arramdha dengan mensukunkan baris “mim” nya, memilki arti sebagai hujan yang turun sebelum musim semi untuk mensucikan penjuru bumi dari kotoran debu, sebagaimana hujan turun untuk membersihkan bumi, seperti demikian jugalah Ramadhan datang untuk membersihkan tubuh dan hati seluruh umat Islam dari segala dosa-dosa. Ramadhan juga disebut berasal dari kata Arramadha dengan memfathahkan baris “mim” nya, yang bermakna sebagai batu panas dari sengatan matahari yang panasnya mampu membakar, sebagaimana panasnya sengatan matahari, demikian halnya dengan Ramadhan datang untuk membakar dosa-dosa manusia, ini seirama dengan salah satu riwayat yang menyebutkan bahwa nabi mengatakan “dinamainya bulan ini dengan Ramadhan, karena dia akan membakar dosa-dosa manusia”.
Dari pemaparan di atas, meski para ulama berbeda-beda dalam mengartikan Ramadhan, dapat diketahui, bahwa substansi makna Ramadhan itu sendiri bermuara pada satu pesan, yaitu penghapusan terhadap dosa-dosa bagi orang-orang yang benar-benar antusias menyambut dan mengamalkan ibadah yang ada dalam bulan itu dengan sepenuh jiwa dan raga.
Terakhir, dikutip dari kitab Wazhaaif Ramadhan-nya Abdurrahman bin Muhammad (w. 1392 H). Abu Hurairah, r.a mengatakan: “kala itu Rasulullah saw menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya, begini: telah tiba bulan Ramadhan, bulan yang terberkati, di bulan Ramadhan Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa, pintu-pintu surga dibukakan, pintu-pintu neraka dikunci, para setan dibelenggu, di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa saja yang menghormatinya, sungguh ia telah terhormati.” (HR. Ahmad dan Nasai). Dalam riwayat lain “telah tiba bulan Ramadhan, junjungannya para bulan, maka sambutlah dengan penuh suka cita.”
Marhaban Yaa Ramadhan….
Berbeda dengan Tafsir Arrazii: Mafatihul Ghaib, “Ramadhan” disebut berasal dari kata Arramdha dengan mensukunkan baris “mim” nya, memilki arti sebagai hujan yang turun sebelum musim semi untuk mensucikan penjuru bumi dari kotoran debu, sebagaimana hujan turun untuk membersihkan bumi, seperti demikian jugalah Ramadhan datang untuk membersihkan tubuh dan hati seluruh umat Islam dari segala dosa-dosa. Ramadhan juga disebut berasal dari kata Arramadha dengan memfathahkan baris “mim” nya, yang bermakna sebagai batu panas dari sengatan matahari yang panasnya mampu membakar, sebagaimana panasnya sengatan matahari, demikian halnya dengan Ramadhan datang untuk membakar dosa-dosa manusia, ini seirama dengan salah satu riwayat yang menyebutkan bahwa nabi mengatakan “dinamainya bulan ini dengan Ramadhan, karena dia akan membakar dosa-dosa manusia”.
Dari pemaparan di atas, meski para ulama berbeda-beda dalam mengartikan Ramadhan, dapat diketahui, bahwa substansi makna Ramadhan itu sendiri bermuara pada satu pesan, yaitu penghapusan terhadap dosa-dosa bagi orang-orang yang benar-benar antusias menyambut dan mengamalkan ibadah yang ada dalam bulan itu dengan sepenuh jiwa dan raga.
Terakhir, dikutip dari kitab Wazhaaif Ramadhan-nya Abdurrahman bin Muhammad (w. 1392 H). Abu Hurairah, r.a mengatakan: “kala itu Rasulullah saw menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya, begini: telah tiba bulan Ramadhan, bulan yang terberkati, di bulan Ramadhan Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa, pintu-pintu surga dibukakan, pintu-pintu neraka dikunci, para setan dibelenggu, di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa saja yang menghormatinya, sungguh ia telah terhormati.” (HR. Ahmad dan Nasai). Dalam riwayat lain “telah tiba bulan Ramadhan, junjungannya para bulan, maka sambutlah dengan penuh suka cita.”
Marhaban Yaa Ramadhan….
0 Response to "Marhaban Yaa Ramadhan: Menelusuri "Ramadhan""
Post a Comment