/

Isim: Ditinjau dari Segi Keumuman dan Kekhususannya (Isim Nakiroh dan Ma'rifah)

Baca Juga

[Bagian Kesepuluh] Isim: Ditinjau dari Segi Keumuman dan Kekhususannya
Isim Nakiroh dan Ma’rifah
Ketika saya mengatakan kalimat “laki-laki”, yang ada di dalam pikiran si pendengar pasti laki-laki secara umum, bisa saja si zaid, si umar, si andika, si hasan dan sebagainya, maka kalimat “laki-laki” di sini disebut dengan kalimat yang umum, dan kalimat yang umum ini dalam bahasa Arab disebut dengan nakiroh (نَكِرَة ) namun beda halnya ketika saya menyebut nama seorang laki-laki misalnya, “Umar”, yang ada dalam pikiran si pendengar ya laki-laki yang bernama si Umar, khusus si Umar, tidak akan masuk di situ laki-laki yang bernama si Zaid, si Hasan dan sebagainya, maka kalimat “Umar” disebut dengan kalimat yang khusus, yang dalam bahasa Arabnya dinamai dengan ma’rifah (مَعْرِفَة). Pada bagian ini kita akan menerangkan tentang kalimat yang umum nakiroh (نَكِرَة ) dan kalimat yang khusus ma’rifah (مَعْرِفَة).

Kita mulai dengan isim nakiroh (isim yang umum) seperti yang sudah dijelaskan di atas isim ini belum jelas peruntukannya, secara mudah dalam bahasa Arab kita dapat mengenalnya pada isim yang tidak diawali dengan alif lam (ال), jika suatu isim tidak beralif lam (kecuali jenis isim ma’rifah yang akan disbeutkan nanti) maka isim tersebut masih bermakna umum dan disebut nakiroh. Contoh kalimat إمْرَأةٌ  (perempuan) perempuan di sini masih umum karena dia tidak beralif lam, bisa si Fatimah, Zainab, Nirina, Sari dan sebaginya. Contoh lain بَيْتٌ (rumah) rumahnya belum tentu peruntukannya, كِتَابٌ (buku), بَابٌ (pintu, bab) dan sebagainya.

Selanjutnya isim ma’rifah (isim yang khusus). Isim ini terdiri dari:
1.       Isim Dhamir (مُضْمَر) kata ganti
Isim ini berarti dengan kata ganti, seperti dia, kamu, saya, kita, kami, mereka dan sebagainya. Adapun kata ganti atau dhamir dalam bahasa Arab adalah sebegai berikut:
هُوَ (menunjukkan dia seorang laki-laki)          هِيَ (dia seorang perempuan)
هُمَا (dia dua orang laki-laki dan perempuan) هُمْ (mereka laki-laki)
هُنَّ (mereka perempuan)      أنْتَ (kamu untuk seorang laki-laki)   
أنْتِ (kamu untuk seorang perempuan)           أنْتُمَا (kamu berdua untuk laki-laki dan perempuan)
أنْتُمْ (kalian untuk laki-laki)      أنْتُنَّ (kalian untuk perempuan)   
أنَا (saya untuk laki-laki dan perempuan) نَحْنُ (kami, kita untuk laki-laki dan perempuan).
2. Isim Isyarah (إشَارَة) kata tunjuk
Isim ini berarti sebagai penunjuk isyarat, seperti di bawah ini:
هَذَا (untuk menunjukkan isim mudzakkar atau laki-laki yang tunjukannya dekat diartikan dengan “ini”)
هَذِهِ (untuk menunjukkan isim muannats atau perempuan yang tunjukannya dekat diartikan dengan “ini”)
ذَلِكَ (untuk menunjukkan isim mudzakkar atau laki-laki yang tunjukannya jauh diartikan dengan “itu” atau “demikian”)
تِلْكَ (untuk menunjukkan isim muannats atau perempuan yang tunjukannya jauh diartikan dengan “itu” atau “demikian”), dan sebagainya.
3.       Isim Maushul (مَوْصُول) kata hubung
Seperti اَلَّذيْ, اَلَّذِيْنَ, اَلَّتِي yang semuanya berarti “yang”
4.       Isim ‘Alam (nama orang dan tempat), contoh: مُحَمَّدٌ, عَمْرٌ, فَاطِمَةٌ, ذَيْنَبٌ, جَاكَرْتَ, مَكَّةُ dan sebagainya.
5.   Isim yang dimasuki أل, isim yang tadinya nakiroh (umum) bisa menjadi ma’rifah (khusus) dengan dimasuki أل contohnya, الرَّجُلُ, اَلْبَيْتُ, اَلْكِتَابُ  dan sebagainya
6.       Isim yang diidhofahkan atau disandarkan kepada salah satu yang di atas, contohnya, kita ambil satu isim nakiroh (tentu yang tidak beralif lam) yaitu kalimat قَلَمٌ (pena) penanya masih umum, kemudian kalimat قَلَمٌ kita sandarkan atau sandingkan dengan salah satu yang di atas, kita ambil misalnya isim Alam yaitu عَمْرٌ (Umar) maka menjadi قَلَمُ عَمْرٍ (Pena si Umar) maka statusnya pun berubah dari nakiroh (umum) menjadi ma’rifah (khusus).
Catatan: isim dhamir, isim isyaroh dan isim maushul yang disebutkan di atas belumlah lengkap (hanya sekedar untuk pengenalan). Jika ada kesempatan akan ditulis di sini masing-masing dalam satu bagian.
Demikian, perlu kiranya dihafal dan dipahami segala tentang isim, sebagaimana sudah dibahas pada bagian-bagian sebelumnya sampai di bagian ini. Selanjutnya kita beranjak ke pembahasan tentang fiil di bagian berikutnya. Kalimat Fiil: Pengertian, Pertanda dan Pembagiannya

Related Posts

0 Response to "Isim: Ditinjau dari Segi Keumuman dan Kekhususannya (Isim Nakiroh dan Ma'rifah)"

Post a Comment