/

Kalimat Isim: Berdasarkan Jumlah atau Bilangannya (I)

Baca Juga



[Bagian Keenam]
“Kalimat Isim: Berdasarkan Jumlah atau Bilangannya (I)
Isim Mufrad dan Tatsniyah atau Mutsanna

Setelah kita ketahui huruf-hurf jar dan maknanya di bagian keempat dan kelima, sekarang saatnya kita mengenal isim berdasarkan jumlahnya.
Kalimat isim atau kata benda jika dipandang dari segi jumlah banyaknya, terbagi kepada tiga jenis, yaitu mufrad, tastniyah dan jama’ ( jama’ ini nanti terbagi kepada tiga macam). Ini termasuk bagian yang sangat penting untuk diketahui bagi siapa pun yang ingin belajar bahasa Arab.
Dalam  bahasa Indonesia “kata benda” itu bila dilihat dari segi jumlah banyaknya tidak akan ditemukan perubahan pada bentuk kata tersebut, seperti kata “buku” jika ingin menyebut satu jumlah buku, cukup dengan menambahkan kata di depannya sesuai jumlahnya, jika kata bendanya berjumlah satu cukup menambah kata “satu”, “sebuah”, “seorang” dan “seekor”, maka kata “buku” tadi menjadi “sebuah buku” atau “satu buku” dan sebagainya, dan jika jumlahnya lebih dari satu, cukup menambah kata sesuai jumlah yang dimaksud, misal “dua buku” “tiga buku” dan “sepuluh buku” “seratus buku” dan sebagainya, atau bisa juga hanya dengan mengulang kata benda tersebut jika tunjukannya banyak seperti “buku” menjadi “buku-buku” dsb, boleh juga menambah kata-kata yang menunjukkan banyak seperti “beberapa buku” “para penulis” untuk kata “penulis” dan sebagainya.


Perhatikan, dari contoh-contoh di atas kata “buku” tidak mengalami perubahan, misal dari “buku” menjadi “bukus” untuk tunjukan banyak atau menjadi “bukuna” untuk tunjukan dua, tidak akan, baik bukunya berjumlah satu, dua, tiga dan seterusnya dia akan tetap menjadi kata “buku” dan hanya menambah kata yang sesuai jumlahnya di depannya, beda dengan bahasa Inggirs bentuk kata tunggal, jika diubah menjadi kata banyak (plural) akan mengalami perubahan yaitu dengan menambah “s/es” diujung katanya, misal “book” untuk kata tunggal, berubah menjadi “books” untuk tunjukan lebih dari satu. mau ditambah di depannya kata yang menunjukkan jumlah juga boleh contoh “two books” dan seterusnya.
Bagaimana dengan bahasa Arab? berikut penjelasannya:
Pertama, kalimat isim disebut mufrad atau isim mufrad (اسم مفرد) yaitu isim yang menujukkan makna satu (kata benda tunggal), atau biar lebih mudah difahami isim mufrad merupakan bentuk asli atau asal dari isim,  bagaimana cara mengenalinya? Selain melihatnya di kamus, cukup periksa apakah ada tanda tatsniyah, jama’ atau mulhaq dengan jama’ atau tatsniyah juga asma-ul khomsah (yang akan kita ketahui penjelasannya) jika tanda-tanda yang disebutkan itu tidak ada padanya maka itulah isim mufrad (kata benda tunggal) yang diartikan dengan “satu”, “sebuah”, “seorang” dan “seekor”.
 Contoh اَلْكِتَابُ (satu buku), بَيْتٌ (sebuah rumah),  اَلْفِيْلُ(seekor gajah), زَيْدٌ (seorang bernama Zaid), atau bisa juga menerjamahkannya isim mufrad tanpa memakai kata lain di depannya, seperti kalimat نَصْرٌ (pertolongan) dan sebagainya.

Kedua, tatsniyah (تثنية) atau mutsanna (مثنى) yaitu isim yang menunjukkan makna dua, ganda atau dobel dengan tanda di akhir kalimat isim mufrad ditambah Alif-Nun (ان) ketika rofa’ atau Ya-Nun (ي ن ) ketika nasab dan jar (rafa’ dan nasab akan dijelaskan di bagian lain).
Contoh:
اَلْكِتَابُ (satu buku) masih berbentuk isim mufrad, ketika bermakna dua, dia disebut tatsniyah atau mutsanna, maka kalimatnya akan menjadi اَلْكِتَبَانِ (dua buku) dengan menambah Alif-Nun (ان) di akhir kalimat isim mufrad pada ketika rafa’, dan menjadi فِيْ الْكِتَبَيْنِ (dalam dua buku) dengan menambah Ya-Nun (ي ن ) karena dia ketika jar.
بَيْتٌ (sebuah rumah) isim mufrad menjadi بَيْتَانِ (dua rumah) tatsniyah (ketika rofa’) dan فِيْ بَيْتَيْنِ (di dalam dua rumah) ketika jar.
اَلْفِيْلُ(seekor gajah) isim mufrad menjadi اَلْفِيْلانِ (dua ekor gajah) tatsniyah (ketika rofa’) dan بِالْفِيْلَيْنِ (dengan dua ekor gajah) ketika jar. Contoh ketika nasab رَأَيْتُ الْفِلَيْنِ (saya melihat dua ekor gajah) dan sebagainya.

Adapun syarat-syarat sahnya disebut tatsniyah (تثنية) atau mutsanna (مثنى) adalah sebagai berikut:
1.      Menunjukkan makna dua, seperti اَلْكِتَبَانِ (dua buku), بَيْتَانِ (dua rumah), اَلْفِيْلانِ (dua ekor gajah).
2.      Terdapat huruf tambahan di akhirnya, yakni Alif-Nun seperti اَلْكِتَبَانِ، بَيْتَانِ، اَلْفِيْلانِ   pada ketika rofa’ atau Ya-Nun seperti رَأَيْتُ الْفِلَيْنِ ketika nasab dan فِيْ الْكِتَبَيْنِ ketika jar. Di sini dikecualikan kalimat شَفْعٌ yang artinya “genap”. Lafadz ini dapat menunjukkan makna dua tanpa ditambahi diakhirnya huruf Alif-Nun atau Ya-Nun.
3.      Huruf tambahannya dapat dilepaskan (tidak permanen) seperti contoh di atas huruf tambahannya bisa dilepaskan, masih tetap bermakna menjadi isim mufrad yaitu اَلْكِتَابُ، بَيْتٌ، اَلْفِيْلُ   dan sebagainya, dikecualikan lafadz اِثْنَانِ yang menunjukkan makna dua dengan mempunyai huruf tambahan di akhirya (Alif-Nun) namun tidak dapat dilepaskan dari huruf tambahannya (permanen), menjadi اِثْنٌ.
4.      Dapat diberi huruf athaf (huruf sambung) dengan kalimat yang sama. Contoh بَيْتَانِ bisa dipecah dengan menambah huruf sambung berupa و misalnya yang berarti “dan” maka akan menjadi بَيْتٌ وَ بَيْتٌ dan sebagainya.

Sedangkan yang tidak memenuhi syarat-syarat di atas tidaklah disebut sebagai tatsniyah,melainkan disebut dengan Mulhaq Tastniyah (ملحق بالتثنية) yaitu menyerupai tatsniyah, seperti kalimat اِثْنَانِ yang disebutkan di atas atau pun اِثْنَتَانِ karena jika huruf tambahan Alif-Nun pada akhir kalimat keduanya dilepaskan maka dia akan kehilangan makna alias tidak bermakna (huruf tambahannya permanen), sementara salah satu syaratnya adalah huruf tambahannya dapat dilepaskan (tidak permanen). Contoh lain dari Mulhaq Tastniyah adalah kalimat كِلاَ  dan كِلْتَا dengan syarat keduanya harus disambungkan dengan isim dhamir (tentang isim dhamir dijelaskan pada bagian terpisah), ketika disambungkan keduanya akan menjadi كِلاَهُمَا، كِلْتَاهُمَا ketika rafa’ dan بِكِلَيْهِمَا، بِكِلْتَيْهَمَا ketika jar. 

Kemudian yang ketiga, yaitu jama’ dan pembahagiannya akan disambung pada bagian berikutnya…



Related Posts

0 Response to "Kalimat Isim: Berdasarkan Jumlah atau Bilangannya (I)"

Post a Comment