/ -->
بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

Kematian Dalam Islam: Ditakuti Atau Dirindukan?


“Novel yang saya ciptakan ini titik tekan utamnya adalah kematian. Dan kisah Harry Potter saya buka dengan adegan kematian orangtua Harry. Ada obsesi Voldemort untuk menaklukkan kematian dan usahanya meraih keabadian  dengan segala macam cara. Sebenarnya itu adalah tujuan semua orang yang mempunyai ilmu sihir. Saya faham betul mengapa Voldemort ingin menaklukkan kematian. Karena kita semua takut terhadap kematian.” JK. Rowling (Penulis novel terlaris dunia sepanjang masa).

Tidak ada misteri yang selalu menakutkan, menggetarkan atau mengguncangkan akal dan batin manusia selain misteri kematian, penemuan-penemuan mutakhir para ilmuwan yang semakin hari kian canggih, sampai hari ini belum mampu dan tak akan pernah sanggup melacak jejak malaikat maut ,menyingkap misteri kematian kapan seseorang mati, sebagaimana Allah menegaskan dalam surah Ali Imran ayat 145, yang menentukan dan mengetahui kematian hanyalah Allah, itu rahasiaNya, ketika nabi Muhammad ditanya oleh para Yahudi tentang ruh dan kematian, lantas Allah menyuruh nabi “ katakanlah kepada mereka, “Ruh itu adalah urusan Tuhanku”. ( Tafsir Thabari terhadap ayat 85 Surah Al Isra.) Hal senada juga ditemukan dalam surah Jin ayat 72 juga surah Al-Baqarah ayat 255.



Kematian adalah keniscayaan, sesuatu yang pasti akan berlaku pada setiap jiwa siapapun (Ali Imran: 185), Kullu nafsin dzaaiqotul maut, sedikit sekali yang mau menerimanya, kebanyakan orang merasa enggan untuk meninggalkan hidup ini, begitu berat rasanya melepaskan orang-orang terkasih, ayah, ibu, suami, istreri, anak, kakak, adek, teman dan sebagainya. Tak ada orang yang tidak takut kehilangan, semua berkata dalam hatinya seperti ucapan Chairul Anwar “Aku ingin hidup seribu tahun lagi.” Al-Qur’an pun menggunakan kalimat serupa , “Setiap seorang di antara mereka menginginkan seandainya dia diberi umur seribu tahun..” (Al-Baqaroh :96). Bahkan bukan hanya seribu tahun. Manusia berhasrat hidup selama-lamanya. Demikian tulis Quraish Shihab dalam kata pengantar Psikologi Kematian-nya Komaruddin Hidayat.

Keinginan hidup abadi “immortal”, adalah tawaran yang diiming-imingi oleh iblis untuk menipu  Adam dan Hawa sehingga keduanya memakan buah pohon yang dinamai dengan Syajarat Al-Khuld (Pohon Keabadian), (Thaha: 103). Menurut Quraish Shihab keinginan hidup kekal itu, antara lain disebabkan umur manusia tidak sepanjang harapan dan cita-citanya. “Semua orang mati dengan membawa keinginannya karena keinginan manusia tidak pernah berakhir. Kalau kebutuhan ini terpenuhi, akan muncul lagi kebutuhan lain yang lebih mendesak.”

Bagi para ateis kematian adalah suatu derita dan musuh bebuyutan manusia yang memiliki kesaktian tiada tara, pun bagi banyak orang kematian adalah sosok jemawa yang tak kenal kompromi, berbagai usaha “perlawanan” dilakukan manusia untuk mensiasati kematian, menghindari setiap jalan yang mendekatkan ke pintu kematian, sakit dan celaka menurut Komaruddin Hidayat adalah jembatan ke arah pintu kematian, sehingga setiap orang akan berusaha menghindari sakit dan celaka untuk mengalahkan kematian, bagaimana pun kematian tetaplah pemenang kala Tuhan sudah menetapkannya, tak ada satupun yang mampu menandinginya, demikian firman Allah dalam surah An-Nisa’ ayat 78 “Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh…”

Namun kematian tidaklah dianggap sebagai antagonis bagi mereka sang perindu kematian, orang-orang ini meyakini ajaran Nabi, bahwa dunia hanyalah sebagai tempat bercocok tanam,  yang suatu saat cepat atau lambat akan menuai hasilnya di kehidupan berikutnya, akhirat. Mereka merasa dunia ini hanyalah tempat beristirahat sebentar  “paradianan” (istilah Mandailing) dalam perjalanan menuju tempat peistirahatan terakhir, kampung abadi, Darul Akhirah. Meraka menyimpan kerinduan teramat mendalam kepada sang pemilik sekaligus  perancang kematian dan kehidupan.

Di dalam surah Al-Kahfi ayat 110 Allah mengumumkan “Barang siapa yang merindukan perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah senantiasa berbuat kebajikan dan jangan sekali-kali berbuat syirik, yaitu menyembah selain Allah.”

Para pendamba kematian, akan senantiasa menanam benih-benih kebajikan. Mereka  hamba yang teramat mencintai Allah, orang-orang ini mengeksperisakan cintanya kepada Tuhan dengan menaati segala pesan-pesanNya, mereka percaya dan selalu berhusnu zdan bahwa Allah selalu membuka pintu-pintu jalan kebajikan, dan pintu yang paling lebar adalah pintu kasih seperti pembuka surah Al fatihah, “bismillahirrahmaanirrahiim” Allah maha pengasih lagi maha penyayang.

Jika hubungan cinta kepada Allah dan Rasulnya telah tertanam dalam hati, maka ketika malaikat maut, Izrail datang menjemput maka meraka akan menyambutnya dengan penuh senyum dan antusiasme..







0 Response to "Kematian Dalam Islam: Ditakuti Atau Dirindukan?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel