/

Kalimat Isim: Pengertian dan Pertandanya

Baca Juga

[Bagian Ketiga] Kalimat Isim: Pengertian dan Pertandanya

Sebagaimana sudah kita ketahui pada pembahasan tentang kalimat, kalim, kalam dan qaul. Kalimat itu terbagi kepada tiga macam, kalimat isim, kalimat fi’il dan kalimat huruf. Di bagian ini kita akan membahas tentang kalimat isim.
Kalimat isim (اسم) dalam bahasa Indonesia disebut dengan “kata benda”. Secara bahasa ia berarti “nama” sedangkan secara istilah:

هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنىَ فِي نَفْسِهَا وَلَمْ تَقْتَرِنْ بِزَمَانٍ وَضْعًا
“kalimat isim adalah kalimat yang menunjukkan makna dengan sendirinya dan tidak terkait dengan zaman atau waktu.”

Yang dimaksud menunjukkan makna dengan sendirinya adalah tanpa harus menyandingkannya atau merangkainya dengan kalimat lain sudah dapat ditangkap pendengar maknanya apa, contoh, كِتَابٌ (buku) ya, maknanya berarti sebuah buku, tidak mungkin dia menunjukkan makna lain. ketika disebut buku kita tidak akan menangkap pensil sebagai maknanya. Contoh lain زَيْدٌ ya seorang bernama si zaid, kita sudah tahu tanpa disandingkan dengan kalimat lain ia sudah menunjukkan makna untuk dirinya sendiri tidak mungkin lagi kita berfikir kepada orang yang bernama Umar. Juga tidak terikat dengan waktu, tidak perlu kita sisipkan kata yang menunjukkan waktu seperti telah, sedang atau akan saat mengartikannya. Kapan pun dia tetap diartikan buku atau zaid saja tidak ada “sedang buku” “telah buku” “sedang Zaid” telah zaid” dan sebagainya.

Apakah isim itu hanya untuk nama benda konkret (nyata, berwujud atau berupa)

Tentu tidak, isim tidak hanya pada nama benda yang nyata seperti contoh yang disebutkan di atas. Adakalanya isim menunjukkan peristiwa atau aksi ( bukan benda yang berwujud tapi benda abstrak) yang tidak menunjuki masa atau waktu, misalnya: عَمَلٌ  (pekerjaan), حُضُوْرٌ (kehadiran) dsb pekerjaan dan kehadiran itu tidak berupa dan tidak berwaktu sehingga ia disebut juga dengan isim. (Inilah nanti yang disebut dengan mashdar, akan dijelaskan pada bagian lain ) Kemudian isim itu adakalanya menunjukkan sifat, seperti رَاشِدٌ (cerdas), جَمِيْلٌ (genteng) dsb. (ini nanti akan dinamakan dengan na’at juga insyaallah akan diterangkan pada bagian lain). Lalu bagaimana cara mengenali isim?
Kalimat isim dapat dikenali dengan beberapa tanda, tidak disyaratkan harus ada semua tanda-tanda itu padanya, cukup satu tanda dia sudah sah dinamakan isim, apalagi dia memiliki dua tanda maupun lebih. Berikut tanda-tandanya:

•    Kalimat yang di awalnya terdapat alif lam (ال) contoh, اَلْقَلَمُ¸ اَلْمَسْجِدُ, اَلْبَابُ, اَلْمَالُ, اَلْفِعْلُ  dan sebaginya

•    Kalimat yang di akhirnya terdapat tanwin (ـً ـٍ ـٌ ) contoh, حُضُوْرٌ ,رَجُلٌ, أَبٌ, بَيْتٌ,  semuanya isim karena terdapat di akhirnya tanwin dhammah. رَأَيْتُ رَجُلاً rajulan, isim karena ada tanwin fathah di akhirnya, juga فِي بَيْتٍ baitin isim karena terdapat diakhirnya tanwin kasrah.

•    Kalimat yang di akhirnya berbaris khafad (kasrah) seperti بَابُ اَلدَارِ, kalimat addari dibaris kasrahkan (pokoknya, jika terbaca di akhir kalimat itu baris kasroh, berarti ia adalah isim).

•    Kalimat yang diawali dengan huruf-huruf khafad (kasroh) istilah populernya huruf jar, yaitu berupa huruf مِنْ إلَى عَنْ عَلى فِي رُبَّ بِ كَ لِ مُذْ مُنْذُ (ini wajib dihafal, karena nanti akan sering kita jumpai ketika membaca tulisan bahasa Arab), jika huruf-huruf jar masuk pada suatu kalimat maka baris akhirnya itu harus dijarkan  (untuk sementara kita ketahui jar itu secara umum dulu yaitu sebagai baris kasrah, meski nanti pertanda jar itu bukan cuma baris kasrah saja) berarti dijarkan maksudnya dikasrohkan. Itulah fungsi huruf jar  mengkasrohkan akhir kalimat yang dimasukinya, maka huruf jar berperan sebagai penjar/si pembaris kasrah (الجار) sedangkan kalimat yang dibaris jarkannya/dibaris kasrahkannya itu disebut dengan المجرور  contoh kalimat بَيْتٌ bila dimasuki huruf jar, misal huruf jar فِي akan menjadi فِي بَيْتٍ (akhirnya yang tadi dhammah menjadi kasrah sebab dimasuki huruf jar atau khafad). Maka secara otomatis kalimat yang dimasuki huruf jar dinamakan dengan isim karena ia tidak memasuki kalimat lain selain isim, lalu huruf jar فِي  dinamakan dengan الجار sedangkan kalimat yang dijarkannya yakni kalimat بَيْتٍ disebut dengan المجرور sehingga susunan keduanya dinamai dengan المجرور  الجار و. Pada kalimat فِي بَيْتٍ kita menemukan tiga tanda isim padanya, pertama ada huruf jar di awalnya, kedua ada tanwin di akhirnya dan ketiga akhirnya berbaris kasroh (khafad).

•    Kalimat yang diawali dengan huruf-huruf qasam (sumpah), huruf yang diigunakan untuk bersumpah. Dan dia hanya terdiri dari tiga huruf, yaitu huruf وَ بِ تَ yang fungsinya sama dengan huruf jar di atas, menjarkan/mengkasrahkan baris akhir kalimat yang dimasukinya contoh وَاللهِ  بِااللهِ تَاللهِ yang semuanya berarti demi Allah, atau contoh lain وَالشَّمْسِ (demi matahari) وَالْقَمَرِ (demi bulan) perhatikan kesemuanya dibaris kasrahkan atau dijarkan karna dimasuki huruf qasam, maka secara otomatis kalimat-kalimat yang dimasukinya itu adalah isim. Di sini juga ada tiga sekaligus tanda isim padanya contoh kalimat terakhir yang disebutkan, pertama huruf qasam و kedua ال dan ketiga khafad (baris kasroh).
Penjelasan isim tidak sampai di sini, ini baru pengenalan kalimat isim dan pertandanya, karena isim merupakan kalimat yang akan banyak kita temui pada kitab-kitab berbahasa Arab atau kitab kuning. Di bagian selanjutnya kita akan membahas tentang makna huruf-huruf jar (khafad).

Related Posts

2 Responses to "Kalimat Isim: Pengertian dan Pertandanya"