Ngon Maranak Nabahat tu Maranak Nasibuk-Pohom
Di tanah "Batak", pernah tumbuh dua petuah yang diam-diam saling bersaing dalam benak para orang tua. Yang satu berbunyi: Sai maranak sapulu pitu, sai marboru sapulu onom--semoga berputra tujuh belas, berputri enam belas. Petuah ini tumbuh di ladang dan lumbung, di zaman ketika anak adalah tangan-tangan tambahan yang tak hanya membawa harapan, tapi juga menyemai ketahanan keluarga.
Namun muncul pula petuah baru yang pelan-pelan mulai menggantikan: Sai maranak nabisuk-bisuk, sai marboru napohom-pohom--semoga berputra yang bijaksana, berputri yang berbudi luhur. Bukan jumlah, melainkan mutu. Bukan banyak, tetapi cukup yang benar-benar siap.
Kini keduanya hidup berdampingan, kadang saling menegasi, kadang membisu di sudut hati orang tua yang gelisah. Tapi dalam dunia yang kian sempit, di mana harga melesat dan ruang menyempit, satu tanya menyelinap: manakah petuah yang lebih bertahan hari ini? Yang berharap pada jumlah? Atau yang bertaruh pada mutu?
Apakah menyerahkan jawabannya kepada waktu sungguh cukup, ketika hidup terus menuntut keputusan hari ini?
Maasyaa Allah keren ustadz ðð
ReplyDelete