Mengapa Kita Harus Belajar Membaca Ulang? Kita hidup di zaman yang ironis: informasi berlimpah, tapi kemampuan membaca justru merosot. Di ruang-ruang studi fikih, kitab-kitab besar d...
Meneliti: Bukan Sekadar Tugas, Tapi Cara Menjadi Manusia yang Lebih Sadar Sering kali kita mengira bahwa meneliti itu soal menyusun bab demi bab, memilih teori, lalu selesai. Tapi sesungguhnya, riset adalah cara pa...
Bagaimana Dunia Maya Menyuburkan Dengki? Ketika pertama kali saya menulis tentang kisah dengki— dari Iblis, Qabil, saudara-saudara Yusuf hingga Kita —yang ada dalam benak saya adala...
Gelas Kosong atau Gelas Berisi?: Sebuah Renungan Di dalam banyak forum motivasi, kajian, maupun ruang-ruang pengajaran, kerap bergema anjuran yang, agaknya, telah menjadi semacam dogma: ...
Menikah: Pilihan atau Kewajiban? Filosofi Batak, Ulama Lajang, dan Makna Hidup dalam Islam Di tanah Batak, (dan mungkin saja di tanah-tahan yang lainnya), pernikahan dipandang bukan sekadar sebagai peristiwa sakral antara dua insan...
Fikih yang Menghitung, Tuhan yang Menimbang Ada orang-orang yang datang ke masjid dengan langkah pasti, menegakkan salat dengan gerakan yang terukur, membaca setiap ayat dengan tartil ...
Lailatul Qadar: Bukan tentang Malam Itu, Tapi tentang Diri Kita Setiap tahun, ketika Ramadan memasuki sepuluh malam terakhir, umat Islam di seluruh dunia larut dalam perburuan satu malam istimewa: Lailatu...
Dialektika Musik dan Spiritualitas dalam Islam: Simfoni Ketundukan dan Kegelisahan Syariah Perdebatan tentang musik dalam Islam bukan sekadar perselisihan fiqhiyah yang berputar di antara gugus halal dan haram, tetapi juga refleks...
Melayat, Empati, dan Jejak Adab Nabi Kematian adalah batas yang tak pernah mengenal perbedaan. Ia datang tanpa bertanya tentang keyakinan, tanpa memilah antara iman dan kufur. D...
Di Tapal Batas Najis: Anjing, Fikih, dan Sebuah Pertanyaan yang Tak Kunjung Usai Tak pernah terpikir bahwa suatu hari sebuah pertanyaan sederhana akan membawa langkah jauh ke dalam lorong-lorong fikih yang penuh perdebata...
Mengakbarkan Fikih Puasa: Ramadan dan Keindahan yang Tak Terliput Ramadan datang lagi. Seperti tetes embun yang jatuh tanpa suara. Seperti angin subuh yang menyentuh pelipis tanpa kita sadari. Seperti desir...